Setiap orang memiliki prioritas yang berbeda, fokus yang berbeda dalam menentukan tujuan hidup secara keseluruhan. Namun dengan cinta, cepat atau lambat akan menyatukan perbedaan itu, lewat titik seimbang yang tercipta.
Walau terkadang, menyatunya cinta yang berniat menyamakan prioritas dapat berakhir saling lepas dan terkekang. Kadang kita merasa harus berubah karena pasangan, namun diri rasanya enggan berbeda karena merasa ia harus menerima kita apa adanya.
Berubah lebih baik itu harus, terlebih ketika kita berpikir saat ini bukan hanya untuk diri, tapi ada ia disamping kita. Konsekuensi dari manis dan pahitnya menjalin hubungan. Tetapi lebih baik bagi setiap orang pun berbeda, apalagi jika kita merasa tersinggung dengan harapan tinggi yang ia hadirkan.
Semakin berjalannya waktu, penerimaan diri dapat menemui titik gagal atau berhasilnya, walau keberhasilan selalu sulit menemui pula puncaknya. Karena biasanya, ada yang harus dikorbankan atas kebahagiaan keduanya.
Kebiasaan-kebiasaan lama yang berubah, tujuan yang harus sefrekuensi, sampai hal kecil yang baiknya dinilai dengan makna yang sama. Proses memaafkan diri dan pasangan seumur hidup akan berjalan, apalagi ketika ada niat baik yang direncanakan.
Jadi, titik seimbang yang terus ditemukan ini diharapkan akan terus stabil untuk membawa hubungan dalam sebuah kata kunci couple goals secara umum. Bagaikan suara metronom yang konsisten terdengar dan bergerak bagaikan pula garis tengah berwarna putih di aspal jalanan. Namun bedanya, warna catnya tidak pernah luntur mengarungi kilometer demi kilometer perjalanan.
Untuk kalian yang belum menemukan titik seimbang lewat dua hati yang berkolaborasi, pola yang belum stabil, percayalah. Percaya akan ada masa dimana sabarmu adalah sebuah nikmat suatu ketika, dan hadirmu yang terus tersenyum untuknya akan menjadi saksi bagaimana hatimu akan memiliki aura positif yang akan menerangi banyak hal disekitarmu.
Komentar
Posting Komentar