Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Ketika Kamu Ada

Rasanya ingin mengulang semuanya dari awal, saat senyum pertamaku hadir di bingkai matamu. Saat waktu terasa tak teringat adanya, saat rasa ingin tahu tentangmu hadir tanpa jeda. Kamu yang tak pernah kucoba hadirkan sebelumnya, seakan mendobrak pintu hati dengan mulusnya. Tapi tanpa mengulang semuanya dari awal, setiap melihat matamu saja aku selalu seperti pertama kali bertemu kamu. Entah rasa ini akan hilang oleh waktu atau tidak, yang jelas aku selalu coba hadirkan senyum di wajahmu dengan caraku sendiri. Jika harus aku berbisik apapun itu kepadamu malam ini, akan aku katakan "Kamu lebih dari diriku sendiri yang aku bahagiakan"

Menginginkan Dalam Diam

Aku bingung dengan diriku sendiri. Berharap kamu ada disampingku, namun ada di depan matamu walau hanya sekedar lewat saja, aku tak mampu. Berharap memandang wajahmu lebih dekat, namun alasan aku menginginkan itu terjadi saja aku tak tahu. Bahagiaku terlampau sederhana, hanya dengan mengingatmu saat aku sedih, aku berakhir dengan senyuman. Indahku terlalu sederhana hanya dengan memandang wajahmu, aku tahu untuk apa aku hidup. Aku tak ingin gila hanya karna memujamu, menyakiti diri karna sudah tahu kamu bukan untukku. Namun jika sehari tanpa tahu tentangmu saja aku juga sakit. Entah sampai kapan aku begini, asik sendiri, membayangkan sendiri. Bukannya aku tak punya nyali untuk menuruti keinginan hati, namun aku tahu aku. Aku merasa tak pantas untukmu, yang terindah. Lagipula, kamu sudah termiliki dan dia yang sempurna di matamu.

Angin Malam Itu

Pantai Kuta, Bali. Cerita yang terbungkus indah dalam ingatanku. Tentang bagaimana aku dan kamu saling menggenggam tangan untuk saling menghangatkan, tentang kita yang saling berpelukan untuk saling menyamankan. Aku ingat mata itu, aku ingat senyum itu. Mata terindah yang tanpa bosan aku pandang, senyum termanis yang selalu semangatkanku. Dinginnya angin dan desiran ombak ikut larut bersama kita berdua. Namun cerita tinggallah cerita, semua yang sudah kita bangun dan ciptakan tak menghasilkan cerita selamanya. Jujur, sampai saat ini aku masih berharap kamu kembali dalam pelukku. Temani aku lagi mendengarkan suara angin yang hadir bersama desiran ombak yang lebih tenang.

Rela Menunggu

Meskipun aku tertawa, bila itu tanpamu aku tak anggap itu bahagia. Meskipun aku tersenyum, bukan berarti bahagiaku tercipta. Rasanya bila tanpamu, semua yang aku lakukan untuk siapa. Rasanya bila bukan denganmu, saling yang kuhadirkan ini untuk siapa. Kamu yang ada dan terasa di hati ini. Kamu yang nyata dan bukan sekedar mimpi. Aku ingin selalu berikan rasa tanpa tepi. Aku ingin selalu bahagiakanmu sampai mati. Bila akhirnya kamu bukan milikku. Kamu hanya anggap aku angin lalu. Dan adanya hidupmu bukan untukku. Aku tak mengapa menikmati pahitnya menunggu. Sesuatu yang tak pasti itu, tapi entah mengapa semuanya kuyakini akan indah pada waktunya.

Sempat

Aku terkadang bingung, kenapa tuhan mempertemukan kita jika akhirnya kita terpisahkan. Mengapa kita saling menyamankan, bila akhirnya tatapan menjadi hal yang dihindarkan. Kamu bilang aku selamanya untukmu, nyatanya kamu berkata sama kepada sosok yang lain. Dan aku percaya saja dan larut kedalam kata-katamu, seakan semuanya tulus tanpa imbalan. Sekarang ini apa aku masih ada di relung hatimu. Sekarang ini apa sebuah cerita yang telah tercipta hanya kamu lupakan begitu saja. Sekarang ini aku hancur bersama kepingan hati sampai tak bersisa. Dan ini yang kamu harapkan dari semua bahagia semu yang kamu sajikan untukku. Namun aku beruntung rasanya. Walau tak selamanya memilikimu. Namun sempat menjadi milikmu saja. Aku merasa jika ini bukan hanya sekedar kisah lalu.

Kembali Menjadi Kita

Aku terlahir sebagai si keras kepala. Dari sebagian waktu hidupku, aku sering tak bisa menerima. Menerima begitu saja tanpa membuktikannya. Aku lebih percaya diriku sendiri, dibanding apa yang dikatakan orang. Aku lebih percaya pada kenyataan. Alam dan waktu yang berjalan didalamnya lebih dari sekedar jujur. Tanpa sadar berikan tanda-tanda yang kadang disadari. Namun kita terlahir sebagai peramal, hanya mengira-ngira. Kenapa kita kadang tak bisa bersama dengan orang yang kita cinta. Dan berakhir memilih untuk menerima cukup yang ada saja. Mengejar yang tak pasti sedangkan semua cara sudah tersajikan indah. Kondisi yang seakan berlangsung selamanya. Tapi aku tak seperti yang lain. Aku tak bisa jika tak membuktikan bila mimpi itu juga nyata. Aku tidak bisa melepaskan seseorang yang tak pantas terlepas. Aku tidak bisa jika itu kamu. Aku bersyukur dilahirkan keras kepala. Aku tak ingin bersama larut dengan mereka. Aku tidak percaya jika cinta tak harus