Aku pikir, kebersamaan yang tercipta adalah bahagia kita yang sejati. Nyatanya kamu masih berpikir tentangnya, walaupun kini kamu bersamaku dalam satu ikatan. Aku yang diam namun tersadar ini, merasa kamu lebih terasa indah dengan yang lalu, tetapi seakan terbaikmu itu aku atau malah aku hanya jalanmu kembali. Kamu salah, aku pun salah yang tak bisa membuatmu memiliki rasa yang terulang atau bahkan lebih daripadanya yang membekas. Keadaan yang membuat kita bersama dan mencoba untuk saling menanam benih cerita dan cinta. Aku sudah larut kedalam dirimu, tetapi mungkin kamu tidak dan mencoba menghargai apa yang aku lakukan. Tetapi bukan itu mauku, jujur saja dan katakan yang sebenarnya. Pergilah, selagi semua belum terlanjur lebih lagi. Aku rela jika dengan hilangnya kita, kamu merasa lebih bahagia dengan hatimu. Walaupun aku tak tahu apa salahku yang jelas, tapi ini inginku. Mungkin memang niatmu bukan mempermainkan, tetapi hanya menerjunkanku saat semua yang indah diatas langit sana sudah ingin memeluk kita.
Jika suatu saat kamu mencoba kembali ke hati ini, mungkin aku sudah lebih baik. Lebih baik untuk memastikan kamu bahagia dengan dia yang tak membuatmu pergi, tanpa sirik.
Ini aku, yang mengartikanmu dengan hati.
Itu kamu, yang menganggapku sehati namun tanpa arti.
Komentar
Posting Komentar