Maafkan aku, bukannya aku tak ingin memilikimu. Maafkan aku, bukannya aku sengaja menyajikan harapan yang hanya sesaat. Maafkan aku, setiap cerita yang kubangun tak lebih dari sekedar rasa sayang dan penasaranku saja tentangmu. Semuanya yang sudah terlanjur kamu bawa dengan perasaan, hanya bisa kukatakan ini salahku. Caraku yang berlebihan, mulai dari perhatian dan pemberian yang ku adakan sampai membuatmu berpikir aku akan mempersembahkan hati. Jika kamu bertanya mengapa bisa aku melakukan ini dengan alasan yang sudah ku akui dari awal saat pertama mengenalmu, jika kita hanya teman. Teman yang akhirnya menjadi sesuatu yang dilihat orang lain pantas disatukan. Aku tak tahu, mungkin saja cara tuhan memperkenalkan aku dan kamu dengan cara seperti ini. Atau mungkin memang aku yang jahat, jika benar kamu rasa akui saja aku seperti itu. Segampang ini aku berbicara, sedangkan rasa yang terasa di hati kamu semakin hari semakin larut. Jujur, aku coba untuk jatuh padamu. Aku memang mampu namun hanya sekedar jatuh menjadi sayang yang tak lebih dari kata luas. Sikapku kadang tak sebanding dengan apa ingin hatiku, entah. Aku bingung, apa memang belum waktunya atau memang ini jalannya sampai akhirnya kita merasa senang saling mengenal walau sesaat karna ada kebahagiaan dan senyum yang tercipta walau tak selamanya.
Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di WhatsApp saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata rindu dengan maknanya. Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu. Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati. Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu. Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain. Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima. Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa.
Komentar
Posting Komentar