Kamu yang dulu inginkan tangan ini mengenggam tanganmu
selalu. Kamu yang dulu menjadi orang pertama yang selalu ada saatku membuka
mata. Semua memang sudah usai, namun nyatanya tak bosan mata ini membayangkan
sosokmu ada didepan mata. Berharapmu kembali hanya sekedar harap tanpa
pergerakan. Karna disini aku sadar, kamu pergi karnaku. Aku tahu sudah berapa
luka yang aku simpan dihatimu, sudah berapa kerikil menyakitkan yang akhirnya
kamu rasakan sendiri. Mungkin benar aku tak merasakan apa yang kamu rasakan,
seenaknya hilang disaat diharapkan. Egoku terlampau tinggi. Terima kasih sampai
saat semuanya berakhir menjadi kisah lalu, senyum itu masih untukku. Walau mungkin senyum terakhir yang kulihat. Semoga sosok yang lain dapat lebih bahagiakanmu lebih dariku yang
sebenarnya tak bisa diandalkan. Semoga.
Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di WhatsApp saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata rindu dengan maknanya. Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu. Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati. Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu. Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain. Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima. Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa.
Komentar
Posting Komentar