Langsung ke konten utama

Maaf Untuk Harapan Itu


Kamu pilihanku, percayalah. Senang bisa dijadikan harapan untuk hal yang kamu sebut masa depan. Untuk janji yang terucap dari mulutku, maaf jika nyatanya aku tak dapat membuktikannya. Aku hanya pria biasa yang mencoba sampaikan apa yang ingin hati katakan. Dan sang pencipta yang punya kendali atas apa yang terjadi. Wanita lain yang kamu anggap ada dan mencoba menjatuhkanmu, itu tak ada. Itu muncul karna kamu tak ingin rasakan ditinggalkan dan kehilangan.

Aku ingin kita saling menyamankan. Aku coba memperlakukanmu dengan lembut, tak hanya dihadapanmu tapi juga jika aku jauh darimu, saat mata ini tak dapat sejajar dengan matamu. Aku selalu menyajikan namamu pada semesta untuk hal apapun yang aku lakukan. Jika tak percaya, kamu bisa tanyakan pada kenangan masa lalu saat kita pertama ada.

Aku tak mengabaikan semua perhatianmu pada pesan singkat yang kamu kirim padaku. Aku juga tak mengacuhkan kekhawatiranmu. Dan aku tak anggap itu berlebihan. Tapi mengertilah, ada hal lain yang harus aku lakukan yang membuatku tak membalas pesanmu langsung. Namun jika semua sudah selesai dan tenang, pada akhirnya juga aku membalasnya. Kamu prioritasku, tapi jangan hentikan aku menjadi diriku sendiri. Terima kasih menjadi pengingat yang ampuh saat jam makan siang atau waktu adzan berkumandang. Aku selalu ingat kamu ketika itu harus aku lakukan.

Kamu tidak pernah tahu rasanya tersiksa selalu memikirkanmu ketika tak ada kabar. Jika aku tidak menunjukkannya, bukan berarti aku tidak mengingatmu. Aku peduli dengan keadaanmu, jika tidak, sudah dari awal aku tinggalkan semua cerita ini. Caramu dan caraku mungkin berbeda, tapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk saling membenarkan satu sama lain.

Hanya aku dan tuhan yang tahu bagaimana namamu selalu aku hadirkan satu-satunya dalam setiap harap yang kutuangkan menjadi do'a. Harapan tentang kita yang semoga berakhir sempurna, harapan yang semoga aku bisa selalu menjadi penghantar tidurmu di setiap malam. Saat kusebut itu, aku percaya kamu pun menyebutkan hal yang sama.

Ini hanya soal menyatukan pendapat yang berbeda, kamu yang mengganggap aku biasa saja di waktu yang bagiku belum saatnya. Aku percaya, waktu pasti menunjukkan kepastian itu.

Kepada kamu, ikuti saja kata hatimu. Aku tak memaksakanmu untuk sebuah kepercayaan dan harapan. Pasti semua ada baiknya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sulit Melupakan Rindu, Walau itu Sementara Waktu

Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di  WhatsApp  saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata  rindu  dengan   maknanya.   Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu.  Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati.  Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu.  Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain.  Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima.  Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa. 

Tempat Tersendiri

Jika hati adalah ruang yang terisi, kamu ada di ruang yang berbeda. Ruang yang akan selalu terbuka, dan hanya terisi untukmu. Lewat ruangan itu, kamu bebas untuk pergi maupun kembali. Karena di ruangan hati itu, tidak hanya kehadiran kamu secara langsung yang dibutuhkan. Tapi, kenangan yang tercipta untuk terus melekat dalam ingatan. 

Resah Jadi Cinta, atau Luka?

Aku sedang terjebak dalam situasi yang membuatku resah, bagiamana tidak? Sebagian orang berharap aku dimiliki seseorang yang akan melindungiku, dalam waktu yang tidak lama lagi.  Terlepas dariku yang tidak dapat memastikan semua itu, ada yang membuatku resah di hal yang berbeda. Kamu yang sudah kukenal, merangkulku dengan cara yang berbeda. Saat yang lain kurasa merangkul dengan biasa.  Rasanya, selalu bersamamu adalah hal yang aku hindari, namun tidak bisa kutolak.  Apalagi, aku pernah merasakan hal yang sama dengan yang lain, dimana rasa yang kuartikan bahagia hanya berakhir putus asa.  Aku bingung, aku tidak mau jika kamu tiba-tiba pergi dan melepas rangkulanmu sekaligus pergi tanpa sebab.  Aku tidak tahu, mungkin alam semesta tidak menerima kita akan ada. Waktu pun mungkin sama saja, atau hanya perkara menunggu? Entah.  Apapun rasa yang akan menatap, aku akan terima. Mau cinta, ataupun luka.