Langsung ke konten utama

Kembali Menjadi Kita


Aku terlahir sebagai si keras kepala.
Dari sebagian waktu hidupku, aku sering tak bisa menerima.
Menerima begitu saja tanpa membuktikannya.
Aku lebih percaya diriku sendiri, dibanding apa yang dikatakan orang.

Aku lebih percaya pada kenyataan.
Alam dan waktu yang berjalan didalamnya lebih dari sekedar jujur.
Tanpa sadar berikan tanda-tanda yang kadang disadari.
Namun kita terlahir sebagai peramal, hanya mengira-ngira.

Kenapa kita kadang tak bisa bersama dengan orang yang kita cinta.
Dan berakhir memilih untuk menerima cukup yang ada saja.
Mengejar yang tak pasti sedangkan semua cara sudah tersajikan indah.
Kondisi yang seakan berlangsung selamanya.

Tapi aku tak seperti yang lain.
Aku tak bisa jika tak membuktikan bila mimpi itu juga nyata.
Aku tidak bisa melepaskan seseorang yang tak pantas terlepas.
Aku tidak bisa jika itu kamu.

Aku bersyukur dilahirkan keras kepala.
Aku tak ingin bersama larut dengan mereka.
Aku tidak percaya jika cinta tak harus memiliki.
Bagiku cinta harus memiliki dan kamu cinta itu.

Aku sering membayangkan, jika bersamamu aku wujudkan mimpi yang ada.
Bayangan indah dari hati yang telah menyatu dalam segalanya tentangmu.
Bayangan yang begitu saja datang tanpa terencana sebelumnya.
Sampai terasa dan tersadar jika semua bayang itu harus menjadi nyata.

Bayang itu pernah aku hancurkan sendiri.
Namun hidup selalu berikan kesempatan, untuk aku memperbaikinya.
Dan itulah alasan aku untuk tidak meninggalkan kamu.
Aku mengarah untuk menjagamu.

Jika aku tak mempercayai semua mimpi dan bayang tentangmu adalah nyata.
Mungkin sekarang aku dan kamu tak menjadi kita.
Senang kembali menjadi orang pertama yang ada di pagimu.
Sehingga kini bayang-bayang itu tak sekedar bayangan semu.

Terima kasih sudah menjadi obat ketika semua rasa sakit datang menghampiri.
Terima kasih sudah menjadi penyemangat ketika yang lain merendahkanku.
Terima kasih telah menerimaku kembali untuk saling berpeluk kembali.
Terima kasih tetap menjadi kamu disekarangku.

Berikan pelukanmu, akan aku peluk tanpa lelah.
Dan rasakan aku ada didalam tubuhmu, hatimu.
Kita buktikan mimpi yang ada memang nyata.
Habiskan waktu bersama, sampai hidup tak terasa lagi.

Semoga semuanya tetap begini.
Karna aku adalah kamu, dan kamu adalah aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sulit Melupakan Rindu, Walau itu Sementara Waktu

Setiap malam sebelum tidur, selalu ada kenang lalu datang yang buatku bersikap datar. Aku tidak tahu kabar pastimu, sekedar basa-basi denganmu di  WhatsApp  saja, aku hanya berhenti melihat foto profilmu. Dariku kecil dan semakin dewasa, aku mengenal kata  rindu  dengan   maknanya.   Jika harus kembali ke masa lalu, rasanya tidak ingin mengenal kata itu. Terlebih, jika aku tahu akan merasakan rindu karenamu.  Aku tidak bahagia dengan rindu ini, malah membuat hatiku untuk yang lain tertutup dan mati.  Padahal, sebelum kamu pergi juga tujuanmu itu aku, aku selalu menanti rindu itu.  Pada intinya, rindu kali ini menyiksa, rindu yang lalu adalah definisi bahagia. Karena rindu yang tidak dapat terbalaskan karena kamu yang sudah dimiliki yang lain.  Aku bisa apa, selain menikmati dan menerima.  Katanya, rindu dapat hilang dimakan waktu. Nyatanya, semakin lama waktu berjalan, selama itu pula rindu semakin terasa. 

Tempat Tersendiri

Jika hati adalah ruang yang terisi, kamu ada di ruang yang berbeda. Ruang yang akan selalu terbuka, dan hanya terisi untukmu. Lewat ruangan itu, kamu bebas untuk pergi maupun kembali. Karena di ruangan hati itu, tidak hanya kehadiran kamu secara langsung yang dibutuhkan. Tapi, kenangan yang tercipta untuk terus melekat dalam ingatan. 

Resah Jadi Cinta, atau Luka?

Aku sedang terjebak dalam situasi yang membuatku resah, bagiamana tidak? Sebagian orang berharap aku dimiliki seseorang yang akan melindungiku, dalam waktu yang tidak lama lagi.  Terlepas dariku yang tidak dapat memastikan semua itu, ada yang membuatku resah di hal yang berbeda. Kamu yang sudah kukenal, merangkulku dengan cara yang berbeda. Saat yang lain kurasa merangkul dengan biasa.  Rasanya, selalu bersamamu adalah hal yang aku hindari, namun tidak bisa kutolak.  Apalagi, aku pernah merasakan hal yang sama dengan yang lain, dimana rasa yang kuartikan bahagia hanya berakhir putus asa.  Aku bingung, aku tidak mau jika kamu tiba-tiba pergi dan melepas rangkulanmu sekaligus pergi tanpa sebab.  Aku tidak tahu, mungkin alam semesta tidak menerima kita akan ada. Waktu pun mungkin sama saja, atau hanya perkara menunggu? Entah.  Apapun rasa yang akan menatap, aku akan terima. Mau cinta, ataupun luka.